Stratigrafi Sumatra

418 View

Batuan dasar dari Sumatra yang berumur Pra-tersier tersingkap di pegunungan Barisan yang arahnya sejajar dengan arah memanjangnya Pulau Sumatra. Dari timur laut dan barat daya, batuan dasar dari Pulau Sumatra tertutup oleh sedimen yang berumur Tersier sampai Resen, termasuk batuan vulkanik hasil aktifitas vulkanik masa kini. Singkapan batuan yang mewakili semua umur tersebut semakin dipertegas dengan adanya sesar sumatra yang memanjang dari barat laut-tenggara (gambar 1).

Sebagai hasil dari peta geologi Pulau Sumatra skala 1:250.000 batuan Pra-tersier di Sumatra bagian utara diklasifikasikan menjadi 3, yaitu; Tapanuli grup (Karbon-Permian awal), grup Peusangan (Perm-Trias), grup Woyla (Jura-Kapur). Klasifikasi ini penyebarannya sampai selatan Sumatra (McCourt et al., 1993).

Sedimen yang diambil dari lubang bor dari Selat Malaka mengandung fosil yang mengindikasikan umur mendekati batas Karbon-Devon (Eubank dan Makki, 1981) tetapi tidak ditemukan yang berumur Paleozoik akhir. Di Pulau Langkawi ditemukan batuan yang berumur Paleozoik akhir, ini mengindikasikan bahwa batuan yang berumur tersebut sebenarnya juga ada di Pulau Sumatra tetapi belum ditemukan.

Sumatra Bagian Utara

Grup Woyla

Grup Woyla tersusun oleh batuan Pra-tersier terbagi dalam dua unit, yaitu kumpulan busur dan kumpulan benua (Cameron dkk, 1980; pada gambar 2).

Kumpulan busur terletak pada pantai barat Sumatra-selatan Banda Aceh dengan litologi penyusun berupa vulkanik andesitik – basaltik, dan vulkaniklastik yang berasosiasi dengan batugamping masif atau berlapis berumur Jura akhir-Cretaceous awal.

Kumpulan samudera berupa litologi yang berumur Cretaceous akhir terpotong oleh sesar Sumatra dengan litologi berupa serpentinit, gabro amphibolit, lava bantal basaltik, hyaloklastik, baturijang dan sedimen laut dalam.

Grup Tapanuli

Area ini terletak timur laut dari sesar Sumatra terbagi menjadi tiga unit, yaitu : Formasi Kluet, Formasi Alas dan Formasi Bahorok.

Formasi Kluet tersusun oleh batupasir kuarsa (quartz wacke), batulanau, serpih dan batugamping. Serpih pada Formasi Kluet ini sebagian besar terubah menjadi batusabak dan batuan metamorf dengan tingkat lebih tinggi pada pantai barat dekat Tapaktuan.

Formasi Alas tersusun oleh batugamping masif, oolitik dan current-bedded. Batugamping tersebut berselang seling dengan batupasir dan serpih. Selain itu dalam Formasi Alas juga dijumpai batuan metamorf tingkat tinggi. Antara batugamping fosilan dan batuan dasar metamorf tersebut terdapat hubungan ketidakselarasan. Litologi pada Formasi ini berumur Karbon akhir.

Formasi Bohorok tersusun oleh batupasir, serpih, serta dicirikan oleh batulempung kerakalan, konglomerat breksia yang tersortasi buruk dengan klastika berbentuk subangular-rounded dari beberapa tipe batuan serta matriks berupa lanau atau lempung. Litologi pada Formasi ini berumur Karbon awal-tengah.

Batugamping pada pantai barat Danau Toba Medan Selatan disebut dengan Pangururan Bryozoan Bed, karena dominan mengandung fosil fenestellid bryozoa (fosil fenestellid tersebut telah terdeFormasi dan rusak struktur internalnya sehingga tidak dapat ditentukan umurnya). Pangururan Bryozonan Bed ini dikorelasikan dengan Bryozoan Bed yang berumur Perm akhir daerah Phuket, Semenanjung Thailand.

Grup Tapanuli merupakan sekuen continental margin yang berkembang pada rifted passive margin. Berdasarkan pengurangan ukuran klastika dalam batulempung dan konglomerat yang besar dari Formasi Bahorok dan Formasi Kluet, serta pengurangan frekuensi dan ukuran batupasir ke arah barat daya, diinterpretasikan bahwa pada Formasi Kluet diendapkan serpih pada rift basin, sedangkan batugamping dari fomasi Alas terbentuk pada horst blok (yang berasosiasi dengan batuan metamor tingkat tinggi).

Grup Peusangan

Tersusun oleh batugamping Pra-tersier (dengan fosil berumur Perm-Trias), terletak sebelah timur laut sesar Sumatra. Antara Tapanuli grup (Karbon) dan Peusangan grup (Perm-Trias) diasumsikan tidak selaras.

Di Aceh ditemukan singkapan metavulkanik, batusabak dan filit dari Peusangan grup yang berasosiasi dengan batuan dari Formasi Kluet dan grup Woyla yang terlaskan oleh gaya tekan.Di Medan dijumpai singkapan Formasi Kualu yang tersusun oleh baturijang berlapis tipis, batupasir berlapis tipis, batulanau dan batulempung, paling atas berupa batupasir.

Sekuen grup Peusangan tersusun oleh endapan laut dangkal–shelf yang jauh dari sumber material asal darat dimana karbonat dapat tumbuh, sekuen tersebut mencirikan adanya pengaruh ekstensi oleh pembentukan rift basin lokal sedangkan karbonat tumbuh pada blok horst. Adanya konglomerat pada bagian atas Formasi Semanggol menandakan adanya pengangkatan di daerah sumber di Malaysia pada akhir Trias.

Sumatra Bagian Tengah

Stratigrafi pada Sumatra bagian utara dapat diaplikasikan juga pada Sumatra bagian tengah (disebandingkan dengan ciri litologi dan umur) (gambar 3), yaitu :

Grup Korelatif Woyla

Tersusun oleh endapan daerah busur vulkanik (batuan beku intermediet, batupasir vulkanik dan tuf), laut (batugamping, batupasir kuarsa, batulanau), dan darat (kuarsit, konglomerat merah).

Grup Tapanuli

Terdiri dari Formasi Kuantan dan Mentulu. Formasi Kuantan tersusun oleh Kuarsit dan batupasir kuarsa, serpih biasanya teralterasi menjadi batusabak atau filit, disertai perkembangan batugamping secara lokal (mengandung fosil berumur Karbon). Formasi Mentulu tersusun oleh batulempung kerakalan beselingan dengan batupasir kuarsa dan serpih, identik dengan Formasi Bohorok, Kluet dan Alas. Adanya kuarsit dan serpih digunakan untuk mencirikan Quarzite Terrain yang merupakan endapan litoral dan shelf dari Semenanjung Malaya ke timur. Kondisi afinitas faunal dan lingkungan pengendapan Formasi Kuantan yang berbeda menandakan Sumatra bagian tengah sebelah barat merupakan bagian Cathaysian Terrane yang berbeda dengan Formasi Kluet dan Bohorok di sebelah utara.

Grup Peusangan

Terdiri dari Formasi Menkarang, Palepat, Silunkang, Barisan dan Formasi Tuhur. Formasi Merkarang tersusun oleh endapan pada daerah tropis berupa konglomerat batupasir, batulanau, carbonaceous dan batugamping. Formasi Silunkang (Perm) tersusun oleh anggota vulkanik ke atas berubah menjadi anggota batugamping berupa lava andesitik dan tuf berselingan dengan batugamping, serpih dan batupasir. Formasi Barisan (Perm awal) tersusun oleh batupasir, serpih, batugamping dan baturijang. Formasi Tuhur (Trias) tersusun oleh argillaceous hitam – abu-abu, baturijang coklat dan lapisan tipis batupasir gampingan.

TINJAUAN KRITIS MODEL TEKTONIK LEMPENG

Model Pulunggono dan Cameron (1984)

Sumatra dan semenanjung Malaya terdiri dari beberapa mikroplate (gambar 4), diantaranya adalah Malaya timur, Molucca dan Mergui. Malaya timur mikroplate terbentuk oleh magmatisme Perm-Trias. Molucca mikroplate berkomposisi baturijang radiolaria, batulanau masif merah, lapisan tipis batupasir dan serpih yang berumur Trias tengah. Mergui mikroplate berumur Perm-Karbon tersingkap pada Formasi Bohorok, Alas, Kluet dan Kuantan.

Model Fontaine dan Gafoer (1989)

Fontaine dan Gafoer menginterpretasikan Carboniferous rocks yang berada di utara Sumatra merupakan fasies sedimenter yang terbentuk di batas continent dengan litoral dan shelf facies di sebelah timur, diwakili oleh Formasi Kubang Pasu dan Formasi Kenny Hill di sebelah barat Semenanjung Malaya dan kuarsit dan batupasir kuarsa sepanjang Selat Malaka. Batugamping dari Formasi Alas komposisinya oolites dan perlapisan akibat arus merupakan karbonat yang terbentuk di laut dangkal pada lingkungan continental shelf.

Formasi Alas dan Kuantan terdeposisikan pada lempeng yang terpisah dan tertransport di Sumatra pada waktu pergerakan lempeng Karbon akhir. Hal ini dapat mengindikasikan paleogeografi. Pada Kala Karbon rekonstruksi Sumatra dengan pergerakan WNW-ESE memisahkan Formasi Kuantan dari singkapan Kluet, Alas dan Bohorok menuju ke Utara.

Model Metcalfe (1996)

Bentong-Raub line yang memisahkan Indochina dari Subumasu terranes di Semenanjung Malaya nampak berlanjut sampai Sumatra bagian tengah kemudian membelok tajam barat laut mengikuti batas Formasi Kuantan dan batuan berumur Karbon dari Grup Tapanuli sampai ke Utara.

Peta Metcalfe menunjukkan grup blok mikrotektonik, Woyla terranes, di batas barat daya dari Subumasu terranes (gambar 5). Metcalfe mengidentifikasi sekuen ini sebagai Sikuleh dan Natal terranes di sebelah Utara dan beberapa tambahan dataran di sekitar Bengkulu sampai ke Selatan. Tidak ada bukti dari blok mikrokontinental di Bengkulu, Wajzer (1991) mendemonstrasikan dengan isotropik dating memperkirakan bahwa Natal terranes adalah fragmen dari Eosen-Oligosen busur magmatik. Barber (2000) berargumentasi bahwa Sikuleh terrane adalah bagian dari Jurrasic-Cretasius intra-oceanic arc, beberapa fragmen yang lainnya diidentifikasi berada di sebelah barat Sumatra.

Model Hutchison (1994)

Hutchison memperkenalkan tiga terranes di Semenanjung Malaya dan Sumatra (gambar 6). Malaya Timur terranes di timur, dihubungkan dengan Indochina dan Cina Selatan, ditunjukkan dengan batugamping dengan fusulinid pada Permian akhir, Permian tengah-akhir busur vulkanik dan Cathaysian flora di Permian awal. Malaya Timur dipisahkan dari Sinoburmalaya terrane menuju ke barat oleh Bentong Raub Suture.

Sinoburmalaya timur ditunjukkan dengan kehadiran batupasir kuarsa, menempati sebelah barat Semenanjung Malaya, Selat Malaka, dan Formasi Bohorok menuju ke barat. Di sebelah barat daya, Sinoburmalaya dibagi dari sumatra barat terrane oleh medial sumatra line (gambar 6). Diakui bahwa batugamping dari Formasi Alas tidak mengandung fauna yang sama dengan Kuantan dan disimpulkan bahwa disana merupakan fasies sedimenter transisi antara Bohorok, Kluet, dan Formasi Alas. Hutchison (1994) menyarankan bahwa medial sumatra line adalah major strike-slip fault, paralel dari Sesar Sumatra yang membawa Formasi Alas dan Kluet menjadi sejajar dengan Formasi Bohorok selama Kenozoik.

Model untuk Grup Woyla

Cameron et al (1980) menginterpretasikan grup Woyla (Jura  -Kapur) di Sumatra bagian utara sebagai kumpulan busur yang terdiri dari vulkanik basaltik dan andesitik yang dikelilingi oleh batugamping terumbu. Dan kumpulan samudera yang terdiri dari material lantai samudera : serpentinit, gabro, lava bantal basalt, vulkaniklastik dan baturijang.

Dalam model ini busur vulkanik diinterpretasikan sebagai busur mid-oceanic yang berkolisi dengan Sumatra.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.