Perhitungan Sumberdaya dan Cadangan Batubara

351 View

Handout Perhitungan Sumberdaya dan Cadangan Batubara

Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara

  • Sumberdaya batubara hipotetik (hypothetical coal resource): Jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap survei tinjau.
  • Sumberdaya batubara tereka (inferred coal resource): Jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap prospeksi.
  • Sumberdaya batubara terindikasi (indicated coal resource): Jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.
  • Sumberdaya batubara terukur (measured coal resource): Jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.
  • Cadangan batubara terkira (probable coal reserve): Sumberdaya batubara terindikasi dan sebagian sumberdaya batubara terukur, tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga penambangan dapat dilakukan secara layak.
  • Cadangan batubara terbukti (proved coal reserve): Sumberdaya batubara terukur yang berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga penambangan dapat dilakukan secara layak.
  • Hubungan antara sumberdaya dan cadangan batubara (Australian Code for Reporting Identified Coal Resources and Reserves, 1996)
  • Klasifikasi sumberdaya dan cadangan batubara (BSN, 1997)
  • Tingkat keyakinan geologi
  • Tingkat keyakinan ekonomi
  • Dasar Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara

Tingkat Keyakinan Geologi

  • Jarak pengaruh  jarak dimana kemenerusan dimensi dan kualitas batubara masih dapat terjadi dengan tingkat keyakinan tertentu yang disesuaikan dengan kondisi geologi daerah penyelidikan.
  • Titik informasi dapat berupa singkapan, parit uji, sumur uji, dan titik pengeboran dangkal atau pun pengeboran dalam.
  • Penentuan titik-titik informasi disesuaikan dengan penyebaran batubara (garis singkapan) dan jarak pengaruh.
  • Jarak titik informasi menurut kondisi geologi (BSN, 1997)

Endapan batubara umumnya tidak dipengaruhi oleh aktivitas tektonik seperti sesar, lipatan, dan intrusi.

  • Endapan batubara umumnya tidak dipengaruhi oleh aktivitas tektonik seperti sesar, lipatan, dan intrusi.
  • Lapisan batubara umumnya landai, menerus secara lateral sampai ribuan meter, dan hampir tidak memiliki percabangan.
  • Ketebalan lapisan batubara secara lateral dan kualitasnya tidak menunjukkan variasi yang berarti.
  • Contoh batubara di Bangko Selatan dan Muara Tiga Besar (Sumsel), Senakin Barat (Kalsel), dan Cerenti (Riau).
  • Kondisi Geologi Sederhana

Endapan batubara sampai tingkat tertentu telah mengalami pengaruh deformasi tektonik.

  • Endapan batubara sampai tingkat tertentu telah mengalami pengaruh deformasi tektonik.
  • Pada beberapa tempat, intrusi batuan beku mempengaruhi struktur lapisan dan kualitas batubaranya.
  • Dicirikan pula oleh kemiringan lapisan dan variasi ketebalan lateral yang sedang.
  • Sebaran percabangan batubara masih dapat diikuti sampai ratusan meter.
  • Contoh batubara di Senakin, Formasi Tanjung (Kalsel), Loa Janan-Loa Kulu, Petanggis (Kaltim), Suban dan Air Laya (Sumsel), serta Gunung Batu Besar (Kalsel)
  • Kondisi Geologi Moderat

Umumnya telah mengalami deformasi tektonik yang intensif.

  • Umumnya telah mengalami deformasi tektonik yang intensif.
  • Pergeseran dan perlipatan akibat aktivitas tektonik menjadikan lapisan batubara sulit dikorelasikan.
  • Perlipatan yang kuat juga mengakibatkan kemiringan lapisan yang terjal.
  • Sebaran lapisan batubara secara lateral terbatas dan hanya dapat diikuti sampai puluhan meter.
  • Contoh batubara di Ambakiang, Formasi Warukin, Ninian, Belahing dan Upau (Kalsel), Sawahluhung (Sumbar), Air Kotok (Bengkulu), Bojongmanik (Jabar), serta daerah batubara yang mengalami ubahan intrusi batuan beku di Bunian Utara (Sumsel).
  • Kondisi Geologi Kompleks

Tingkat Keyakinan Ekonomi

  • Batubara coklat (brown coal) mempunyai kandungan panas atau kalori lebih rendah dari hard coal. Umumnya kandungan panas lebih mempengaruhi besarnya permintaan pasar.
  • Ketebalan batubara dan lapisan pengotor menjadi parameter penting sebagai persyaratan kuantitatif.
  • Pemetaan ekonomi mikro maupun makro untuk mengetahui keseimbangan supply dan demand batubara.
  • Pemetaan kondisi politik dan kebijakan untuk investasi yang aman
  • Persyaratan kuantitatif ketebalan lapisan batubara dan lapisan pengotor (BSN, 1997)

Pemodelan Endapan Batubara

  • Data Dasar
    • Peta topografi
    • Peta geologi
    • Peta garis singkapan (cropline) batubara
    • Peta parit uji, sumur uji, dan pengeboran
    • Peta dan data pendukung lainnya
  • Data Olahan
    • Peta isopach
    • Peta iso-struktur
    • Peta iso-overburden
    • Peta iso-kualitas
  • Data dasar dan olahan sebaiknya disajikan dalam bentuk softcopy.

Peta Topografi

  • Peta Topografi
    • Skala peta harus memenuhi syarat yaitu minimal 1 : 2.000 untuk tujuan studi kelayakan.
    • Apabila peta masih dalam bentuk hardcopy maka harus dibuat softcopy dengan mendigitasi peta tersebut dengan perangkat digitizer.
    • Apabila data topografi masih berupa data mentah hasil survei (format xyz) maka harus dilakukan proses gridding dan contouring dengan paket program perangkat lunak.
  • Data dasar pemodelan endapan batubara

Peta Geologi

  • Peta geologi berguna untuk mengetahui penyebaran batubara melalui garis singkapan dan kemiringannya sehingga dapat membantu dalam penentuan lokasi pengeboran maupun mengetahui blok-blok yang akan ditambang.
  • Data parit uji, sumur uji, dan pengeboran
  • Data yang perlu ditampilkan adalah koordinat, elevasi, sudut kemiringan pengeboran (untuk pengeboran miring), total kedalaman, kedalaman-elevasi-ketebalan litologi, dan keterangan litologi. Untuk parit uji dan sumur uji perlu ditampilkan juga kedudukan perlapisan litologi (strike dan dip).
  • Contoh tabel rekapitulasi data pengeboran
  • Tabel rekapitulasi dibuat secara sistematis, dibuat secara terpisah setiap seam apabila terdapat lebih dari satu seam.
  • Elevasi harus dinyatakan terhadap titik ikat (datum) yang sama dengan titik ikat peta topografi dan data-data yang lainnya.
  • Data dasar ini kemudian diplot dalam satu peta digital yang memuat informasi topografi, informasi geologi, sebaran singkapan, sebaran parit uji, sumur uji, dan bor.

Peta Isopach

  • Peta Isopach
    • Merupakan peta yang menunjukkan kontur penyebaran ketebalan batubara .
    • Data ketebalan pada peta ini merupakan tebal sebenarnya yang dapat diperoleh dari data bor, uji paritan, uji sumuran, atau dari singkapan.
    • Peta ini juga dapat disusun dari kombinasi peta iso struktur .
    • Tujuan penyusunan peta ini adalah untuk menggambarkan variasi ketebalan batubara di bawah permukaan.
  • Data Olahan pemodelan endapan batubara

Peta Iso Struktur (Kontur Struktur)

  • Peta Iso Struktur (Kontur Struktur)
    • Menunjukkan kontur elevasi yang sama dari top atau bottom batubara.
    • Elevasi top atau bottom batubara dapat diperoleh dari data bor.
    • Peta iso struktur berguna untuk mengetahui arah umum (jurus) masing-masing seam batubara, sekaligus sebagai dasar untuk menyusun peta iso overburden.
  • Peta Iso Kualitas
    • Menunjukkan kontur hasil analisis parameter kualitas batubara.
    • Peta ini berguna untuk menentukan daerah-daerah yang memenuhi syarat kualitas untuk ditambang.

Peta Iso Overburden

  • Peta Iso Overburden
    • Menunjukkan kontur ketebalan overburden (lapisan penutup) yang sama.
    • Ketebalan tersebut dapat diperoleh dari data bor atau dari peta iso struktur dimana ketebalan overburden dapat dihitung dari perpotongan kontur iso struktur dengan kontur topografi.
    • Cukup penting sebagai dasar evaluasi cadangan selanjutnya, dimana ketebalan tanah penutup ini dapat digunakan sebagai batasan awal dari penentuan pit potensial.
    • Persyaratan dari Ditjen Pertambangan Umum:
      • Sumberdaya terukur (measured resources) untuk daerah yang mempunyai ketebalan tanah penutup 0 – 100 m
      • Sumberdaya terindikasi (indicated resources) untuk daerah yang mempunyai ketebalan tanah penutup 100 – 200 m
      • Sumberdaya tereka (inferred resources) untuk daerah yang mempunyai ketebalan tanah penutup 200 – 400 m

Penampang

  • Penampang
    • Disusun dari kombinasi antara peta cropline batubara dengan data pemboran (log bor).
    • Perlapisan batubara disusun dengan melakukan interpolasi antar data seam pada setiap titik bor yang berdekatan.
    • Garis penampang sebaiknya selalu diusahakan tegak lurus jurus cropline batubara.
    • Penampang seam batubara berguna untuk memudahkan perhitungan sumberdaya sekaligus cadangan batubara dengan metode mean area.
    • Juga dapat digunakan untuk menghitung cadangan tertambang (mineable reserve) dengan memasukkan asumsi sudut lereng dan SR.

Persyaratan Penaksiran Sumberdaya

  • Taksiran sumberdaya harus mencerminkan secara tepat kondisi geologi dan karakter/sifat dari seam batubara.
  • Suatu model sumberdaya yang akan digunakan untuk perancangan tambang harus konsisten dengan metode penambangan dan teknik perencanaan tambang yang akan diterapkan.
  • Harus didasarkan pada data aktual yang diolah/ diperlakukan secara objektif.
  • Keputusan dipakai-tidaknya suatu data dalam penaksiran harus diambil dengan pedoman yang jelas dan konsisten.
  • Metode penaksiran yang digunakan harus memberikan hasil yang dapat diuji ulang atau diverifikasi.

Metode Penampang

  • Rumus mean area, endapan yang mempunyai penampang yang uniform.
  • S1, S2 = luas penampang endapan
  • L = jarak antar penampang
  • V = volume cadangan

Rumus prismoida

  • Rumus prismoida
  • V = ( S1 + 4M + S2 )
  • S1, S2 = luas penampang ujung
  • M = luas penampang tengah
  • L = jarak antara S1 dan S2
  • V = volume cadangan

Rumus kerucut terpancung

  • Rumus kerucut terpancung
  • S1 = luas penampang atas
  • S2 = luas penampang alas
  • L = jarak antar S1 dan S2
  • V = volume cadangan

Rumus obelisk

  • Rumus obelisk

Metode Poligon

  • Metoda konvensional yang diterapkan pada endapan-endapan yang relatif homogen dan mempunyai geometri yang sederhana.
  • Kadar pada suatu luasan di dalam poligon ditaksir dengan nilai conto yang berada di tengah-tengah poligon sehingga metoda ini sering disebut dengan metoda poligon daerah pengaruh (areal of influence).
  • Daerah pengaruh dibuat dengan membagi dua jarak antara dua titik conto dengan satu garis sumbu.
  • Kelemahan:
  • Belum memperhitungkan tata letak (ruang) nilai data di sekitar poligon.
  • Tidak ada batasan yang pasti sejauh mana nilai conto mempengaruhi distribusi ruang.
  • Andaikan ketebalan batubara di titik informasi 1 adalah T1, maka volume batubara dalam lingkup Poligon 1 adalah V1 = L1 x T1 , dimana L1 adalah luas Poligon 1.

Metode Circular USGS-83

  • Daerah dalam radius lingkaran 0-400 m adalah untuk perhitungan sumberdaya terukur dan daerah radius 400-1200 m adalah untuk perhitungan sumberdaya terunjuk (USGS/Wood dkk., 1983).
  • Teknik perhitungan tersebut hanya berlaku untuk kemiringan lapisan lebih kecil atau sama dengan 300 (ï‚£300). Sedangkan untuk batubara dengan kemiringan lapisan lebih besar dari 300 (300) caranya adalah mencari harga proyeksi radius lingkaran-lingkaran tersebut ke permukaan terlebih dahulu.

Metode Blok

Penaksiran Grid / Blok

  • Metode Invers Distance

Metode Nearest Point

  • Metode Nearest Point

Metode Geostatistik dan Kriging

  • Metode Geostatistik dan Kriging
    • Metode ini menggunakan kombinasi linier atau weighted average dari data conto lubang bor di sekitar blok, untuk menghitung harga rata-rata blok yang ditaksir.
    • Pembobotan tidak semata-mata berdasarkan jarak, melainkan menggunakan korelasi statistik antar-conto yang juga merupakan fungsi jarak dan ruang.
    • Dengan teknik rata-rata tertimbang (weighted average), kriging akan memberikan bobot yang tinggi untuk conto di dalam/dekat blok, dan sebaliknya bobot yang rendah untuk conto yang jauh letaknya.

Gridded Seam Model

  • Secara lateral endapan batubara/cebakan mineral dan daerah sekitar-nya dibagi menjadi sel-sel yang teratur, dengan lebar dan panjang tertentu.
  • Adapun dimensi vertikalnya tidak dikaitkan dengan tinggi jenjang tertentu, melainkan dengan unit stratigrafi dari cebakan yang bersangkutan.
  • Pemodelan dilakukan dalam bentuk puncak, dasar, dan ketebalan dari unit stratigrafi (lapisan batubara, dll.).
  • Kadar dari berbagai mineral atau variabel dimodelkan untuk setiap lapisan.